SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DI SMK INFORMATIKA SUKMA MANDIRI CILEGON | TELAH DIBUKA PENDAFTARAN SPMB >> MENERIMA SISWA/I BARU ATAU PINDAHAN TA 2025-2026 >> GRATIS Biaya Pendidikan dan SPP ~ SMK Informatika Sukma Mandiri Kota Cilegon-Banten google-site-verification=XgeLr6JP0KPUYdlw2dMSOelDlRZh57eVXpbs2ApZ3M0

Minggu, 09 Juni 2024

 

FRIENDZONE

Karya Indi Imaniya

 

Aku tidak pernah percaya jatuh cinta pada pandangan pertama karena cinta hanya bisa tumbuh seiring banyaknya waktu yang dihabiskan bersama dengan seseorang.

Kali ini aku mengalaminya sendiri. Namun, terlalu takut untuk mengatakan isi hati padanya.

 

***

Perempuan itu bernama Rembulan. Seperti namanya, rembulan dekat, tapi terasa jauh sekali.

"Kenapa namamu Rembulan, bukankah rembulan itu salah satu nama benda di luar angkasa?" tanya Gabriel pada Rembulan.

"Ayahku bilang, beliau mengagumi rembulan. Karena rasa kagumnya itu beliau memberiku nama Rembulan," jelas Rembulan padanya.

"Memang, sih, cahaya rembulan itu indah, tapi tidak dengan jaraknya. Rembulan sulit digapai," ucapnya.

Rembulan mendekati Gabriel. Jarak keduanya sangat dekat antara wajah dengan wajah. "Bulan terasa jelas dan keberadaannya selalu dapat terdeteksi. Sebanyaknya hal baik yang dia berikan pada orang-orang di sekitarnya, bulan bersinar dengan caranya sendiri. Sulit untuk tidak menyukai bulan, banyak yang mengaguminya dari dekat dan jauh."

"Oh, begitu. Baiklah," Gabriel menutup obrolan.

 

***

Gabriel dan Bulan adalah teman sejak SD hingga SMA. Mereka begitu dekat dan akrab. Beberapa orang kerap kali salah paham, mengira Gabriel adalah kekasih Bulan.

"Hai, guys, nama gue Bulan. Gue mau bilanb ke kalian semua kalau antara gue dan Gabriel hanya sebatas sahabat, bukan sepasang kekasih. Plis, jangan lagi bilang gue kekasihnya," Bulan menepis ucapan beberapa orang dengan keras.

Gabriel membungkam mulut Bulan dengan tangannya. "Malu, Lan."

"Biarin. Biar mereka tahu kalau kita cuma berteman." Bulan melepas paksa tangan Gabriel yang masih menutup mulut.

Bisikan-bisikan kecil terdengar di telinga mereka. Ada yang tidak mempercayai hal itu, juga ada yang mendukung untuk berpacaran.

 

***

Bulan adalah gadis yang cerdas, anggun, mudah beradaptasi di tempat baru, dan ramah sekali. Bulan kuliah di Yogyakarta. Sementara Gabriel, kuliah di Jakarta. Meskipun jauh mereka tetap berbagi kabar dan saling mengunjungi saat liburan semester.

"Gimana libur kuliah kali ini, mau liburan ke mana?" tanya Gabriel melalui pesan WhatsApp.

"Aku bingung, Briel," balas Bulan dengan singkat.

"Besok aku ajak kamu ke suatu tempat. Kamu siap-siap aja. Jam sembilan aku ke rumah kamu. Dandan yang cantik, ya." Gabriel memberikan gombalan kecil kepada Bulan.

Keesokan harinya Gabriel datang menggunakan mobil sport. Berpakaian kaos dan celana pendek berwarna hitam. Kacamata hitam pun berada dalam genggamannya. Menambah kesan gagah dalam dirinya.

"Kita mau ke mana?" tanya Bulan penasaran.

"Huusstt...." Gabriel menutup mulut Bulan dengan satu jari telunjuknya. Sedangkan Bulan, mengembangkan mulut karena kesal.

"Sebenarnya kita mau ke mana, Briel?" tanya Bulan kembali.

"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat, dan aku yakin kamu menyukainya," ucap Gabriel dengan tenang.

Bulan sangat antusias ketika mendengar jawaban dari Gabriel. "Kita mau ke mall kah? Aku suka ke mall. Thank you." 

Dia hanya tersenyum melihat tingkah lucu Bulan.

 

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di mall yang tidak begitu jauh dari rumah Bulan.

"Silakan, Nona. Kamu bebas pilih apapun yang kamu mau." Gabriel kembali usil kepada Bulan. Kemudian, tertawa kecil.

"Malu, Briel, malu. Jangan gitu," ucap Bulan.

Langkah kaki Gabriel perlahan mulai pelan. Dia mempersilakan Bulan untuk jalan lebih dulu di depannya.

"Aku mau beli es cream terenak di mall ini, ya. Ada di lantai tiga." Baru berjalan beberapa langkah, Bulan memalingkan wajahnya ke Gabriel.

"It's okey, Lan," jawabnya.

Hanya beberapa menit mereka berada di dalam mall tersebut. Setelah itu, mereka beranjak keluar. Rupanya Gabriel bukan hanya mengajak Bulan ke mall. Tetapi, ke tempat lain yang belum begitu dikenal orang banyak. Sontak saja mata Bulan terbelalak melihat keindahan tempat tersebut.

 

***

Beberapa tahun kemudian, Bulan menikah. Namun, bukan dengan Gabriel. Tetapi, dengan teman kuliahnya. Bulan yang cantik dibalut gaun putih yang indah dan tersenyum. Terlihat deretan gigi putihnya yang rapi. Bulan begitu bahagia.

"Aku sadar Rembulan memang terlalu jauh untuk bisa aku gapai," ucap Gabriel dalam hati.

"Gabriel, seseorang yang selalu ada dalam hidup aku. Peran kamu bukan hanya sebagai sahabat, tapi lebih dari itu. Bagaimana mungkin aku bisa menetap dan berada di samping kamu dalam waktu yang begitu lama? Aku sangat menyayangi kamu." Bulan meneteskan air mata kesedihan di hadapannya.

Dia meraih kedua tangan Bulan. "Betapa pun kamu selalu ada di samping aku."

Sudut matanya yang tajam, alisnya yang tebal, rahangnya yang tegas, bagaimana dia terlihat sebegitu rupawannya? Aneh! Dia itu pemalas dan ogah-ogahan dalam belajar. Namun, dia cerdas.

Bagaimana bisa dia pemalas, tapi cerdas? Itulah Gabriel, ucap Bulan dalam hati.

Peringkatnya tidak pernah menonjol. Namun, di garis akhir dia melejit dari peringkat ke-28 menjadi peringkat ke-3 di kelas. Kelas 12 semester awal, dia begitu bersinar di kelas. Ya, Bulan pun tahu. Dia itu popular dengan wajah rupawannya dan jago dalam bidang olahraga.

Yang paling menyebalkan adalah ketika rumor bahwa Gabriel adalah kekasih Bulan mencuat. Bulan terlihat tidak senang, beberapa kali Bulan membuang muka ketika tidak sengaja saling bertemu dengan orang-orang.

Segera Bulan bantah habis-habisan di depan kelas, seperti orang bodoh. Bulan menjelaskan di kelas dengan lantang kalau mereka hanya sebatas sahabat. Namun, hati Bulan sakit.

Dapatkah aku bersanding dengan Gabriel?” Bulan hanya melintasi Gabriel.

 

***

Gabriel diterima di universitas ternama di Jakarta, sedangkan Bulan diterima di universitas ternama di Jogja. Untuk pertama kali dalam hidup. Inilah saat di mana Bulan tidak bersama dengannya.

Aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri, tapi aku tidak bisa mengatakannya," gerutu Bulan.

Lalu, datanglah Nawasena, teman Bulan di kampus. Bulan dan Sena hanya sebatas teman. Namun, entah bagaimana Sena selalu berusaha terlibat tentang hal apapun dengan cara yang unik?!

"Bagaimana cerita hari ini, menyenangkan atau justru sebaliknya?" tanya Sena ketika berada di kantin kampus.

"Lelah," ucap Bulan.

"Kenapa? Apa ada hal yang kamu pikirkan, Lan? Ceritalah!" Dengan senang hati Sena memberikan ruang untuk Bulan bercerita.

"Capek kuliah, pengen nikah aja," Bulan terkekeh.

"Ayo, nikah sama aku," sambar Sena dengan cepat.

"Gila, lho, ya," Bulan kembali tertawa.

"Aku ingin menjadikan kamu sebagai pendamping hidup," ucap Sena serius.

Semuanya berawal dari gombalan, dan berujung pernikahan. Bulan dan Sena menikah setelah lulus kuliah.

Tentunya sulit sekali untuk membuka hati. Namun, sepertinya hanya Sena yang dapat membuat aku berpaling dari Gabriel. Maka dari itu, aku menerimanya dan hari ini adalah hari pernikahan kami," ucap Bulan.

Ada Gabriel, duduk di bangku pertama, Bulan tersenyum padanya dan berbisik. "Terima kasih. Aku menyambut cinta yang baru."

Gabriel membalas senyuman Bulan sambil melambaikan tangan pertanda sebuah perpisahan. Dia kembali menjalani hidup tanpa sosok teman di sampingnya. Berkarir di Jakarta menjadi pilihan hidupnya.

Bahagia selalu ...

 

Bionarasi

Namaku Indi Imaniya, salah satu siswa di SMK Informatika Sukma Mandiri Cilegon. Usiaku 16 tahun. Aku suka membaca dan menulis. Ini tulisan pertamaku yang akan diikutsertakan dalam Lomba Menulis Cerpen Tingkat SMA/K/MA Provinsi Banten. Harapanku semoga cerpen ini menjadi cerpen pilihan dalam lomba. Aamiin ...

0 comments:

Posting Komentar