SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DI SMK INFORMATIKA SUKMA MANDIRI CILEGON | TELAH DIBUKA PENDAFTARAN SPMB >> MENERIMA SISWA/I BARU ATAU PINDAHAN TA 2025-2026 >> GRATIS Biaya Pendidikan dan SPP ~ SMK Informatika Sukma Mandiri Kota Cilegon-Banten google-site-verification=XgeLr6JP0KPUYdlw2dMSOelDlRZh57eVXpbs2ApZ3M0

Minggu, 09 Juni 2024

 

SAHABAT KECILKU

Karya Choirunnisa

 

Namaku Nisa. Aku mempunyai seorang sahabat bernama Amel. Persahabatan kami sudah terjalin cukup lama. Tiap hari kami selalu bermain bersama. Seperti anak kecil pada umumnya, kami selalu menyusuri jalan kampung dari ujung ke ujung, mengumpulkan dedaunan untuk kami jadikan bahan masak-masakan, hingga masak sungguhan dengan alat masak mini yang memang dirancang untuk anak-anak seusia kami.

***

Tiba waktunya kami melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Aku melanjutkan ke SMP terdekat, sedangkan Amel kembali ke Lampung untuk melanjutkan pendidikan.

"Kenapa kamu balik ke Lampung? Sekolah di sini aja, sih," tanya Nisa.

Amel tersenyum. "Aku kan ikut orang tua, Nis. Jadi, kemanapun mereka pergi, aku harus ikut."

"Nanti kita ketemu lagi, ya," ucap Nisa yang menahan tangis.

"Iyah. Nanti kita ketemu lagi," jawab Amel sambil tersenyum.

Nisa mengeluarkan kelingkingnya. "Janji?"

"Janji," jawab Amel.

Pertemuan singkat sebelum Amel kembali ke Lampung ternyata membuatku terpukul. Aku tidak lagi menemukan teman main sepertinya. Sepi, sangat sepi! Aku tidak menyukai kesepian ini. Namun, aku harus tetap menjalani hidup meski tanpa kehadiran Amel. Berulang kali kucoba mencapai teman seperti Amel, tapi tidak kutemukan.

Sejak saat itu aku lebih suka menyendiri. Sampai pada waktu aku dan kedua orang tuaku pindah rumah dan domisili. Menempati rumah hasil jerih payah kedua orang tuaku. Aku sangat tidak nyaman berada di tempat baru. Berada di dekat orang-orang baru, yang sebelumnya tidak pernah kukenal.

***

Waktu kelulusan telah tiba. Kami sempat bertemu sebentar. Namun, kami harus berpisah kembali untuk mengejar mimpi. Aku melanjutkan  pendidikan ke SMK. Sementara Amel, melanjutkan pendidikan di pondok pesantren.

"Baru juga ketemu, sekarang harus pisah lagi," ucap Nisa sedih.

"Iya, Nis. Cepet banget pertemuan kita, ya." Wajah Amel pun terlihat sedih.

"Semoga nanti kita bisa ketemu lagi ya," jawab Nisa.

"Aamiin."

"Sampai bertemu lagi, Sahabat," ucap mereka bersamaan.

Kali ini aku merasakan kehilangan seorang sahabat yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri. Aku sadar akan hal itu. Lebih baik berpisah, tapi untuk mewujudkan cita-cita masing-masing. Daripada berpisah, tapi untuk hal lain.

***

Satu tahun sudah kami tidak berkomunikasi. Suatu hari aku mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. 

Assalamualaikum Nis, gimana kabar kamu? Ini aku, Amel.

Aku lagi libur sekolah, makanya bisa hubungi kamu.

Semoga kamu sehat selalu, ya.

 

Aku masih belum percaya bahwa yang mengirim pesan singkat itu Amel. Ya, sahabatku yang berada di pondok pesantren. Untuk memastikan hal itu, kubuka pesan secara utuh. Ternyata benar. Pengirim pesan itu Amel. Aku sangat senang mendengar kabar darinya.

Waalaikumsalam Mel. Aku seneng banget dapet kabar dari kamu.

Aku kangen kamu, Mel.

Kabar aku baik. Kalau kamu, gimana?

 

Kabar itu membawa kami untuk saling bertemu. Bahkan, sehari penuh kami bersama. Saat itu kami pergi ke sebuah tempat untuk sekadar menghabiskan waktu bersama, dan tanpa ada gangguan dari siapapun.

"Gimana sekolah kamu, lancar Nis?" tanya Amel.

"Alhamdulillah baik, Mel. Kalau kamu, gimana nih udah jadi anak pesantren?" Nisa tertawa kecil.

"Ya, begitulah mondok. Aku pun kadang kesel banget," cetoteh Amel.

"Emang kenapa, Mel?" tanya Nisa bingung.

"Pondok itu banyak peraturan. Mau ngga mau harus dipatuhi," jelas Amel kesal.

"Oh, iya ya. Yaudah, sekarang kita bahas lain aja ya. Kita kan lagi main bareng, masa bahas soal pondok, sih." Nisa berusaha menenangkan hati Amel.

Amel menjawab, "iya. Kita kan lagi quality time, ya."

Obrolan kecil semacam itu menghabiskan waktu beberapa jam. Waktu sudah membatasi kami untuk segera pulang sebelum matahari terbenam.

"Nis, udah sore nih. Kita pulang, yuk!" ajak Amel.

"Yuk!" jawab Nisa.

Kami segera beranjak dari tempat duduk untuk menuju tempat parkir. Kali ini, Amel menggantikan aku mengendarai motor. Meski lelah terasa, tapi kami sangat bahagia. Sulit bagi kami mendapatkan momen seperti ini. Menghabiskan waktu bersama.

***

Baru saja sampai di teras rumah, pondok pesantren sudah menghantui pikiran Amel.

Sebentar lagi kamu harus kembali ke pondok pesantren, Amel.

Ustad dan ustadzah sudah menunggu.

Mereka rindu kamu.

"Ah, sial, bentar lagi harus balik ke pondok," bisik Amel tiba-tiba.

"Kenapa, Mel?" tanya Nisa.

"Eh, ga ... pa ... pa, Nis," jawab Amel.

Aku mengajak Amel untuk masuk ke dalam rumah. Sekadar duduk untuk melepas lelah. Melihatnya seperti sedang banyak pikiran. Aku, sebagai sahabatnya, tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Nisa.

"Baik, Nis," jawab Amel.

Aku memberikan segelas teh hangat kepada Amel agar keadaannya jauh lebih tenang. Tiba-tiba Amel menangis. Teringat akan kepulangannya ke pondok pesantren. Kami saling meneteskan air mata. Mendekap satu sama lain dengan pelukan, dan menahan kerinduan sampai Ramadan tiba kembali.

"See you next time, Sahabatku," ucap kami bersamaan.

 

Bionarasi

Choirunnisa, gadis mungil yang masih duduk di bangku kelas 11, SMK Informarika Sukma Mandiri Cilegon. Menurutnya, menulis itu sangat sulit. Namun, berkat tekad yang kuat, dia berhasil menyelesaikan cerpen berjudul "Sahabat Kecilku". Cerpen ini ditulis dalam ajang Lomba Menulis Cerpen Tingkat SMA/K/MA Provinsi Banten.

 

 

0 comments:

Posting Komentar